
-->
TEHERAN – Iran dilaporkan tengah membangun kembali kekuatan militernya pascaperang 12 hari melawan Israel. Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi, menegaskan bahwa Iran dan Israel tidak sedang berada dalam kondisi gencatan senjata, melainkan masih dalam situasi perang.
“Kami tidak dalam gencatan senjata. Kami dalam posisi berperang. Tidak ada protokol atau perjanjian antara kami dengan Amerika Serikat maupun Israel,” kata Safavi, dikutip The New Arab, Ahad (17/8/2025).
Safavi menilai, Iran harus memulihkan kemampuan militernya yang rusak akibat perang, termasuk fasilitas nuklir. Menurutnya, kekuatan adalah satu-satunya cara agar Iran tidak “diinjak-injak” oleh musuh.
“Iran harus memperkuat diplomasi, media, rudal, drone, hingga strategi serangan siber. Militer kini menyiapkan skenario terburuk dan rencana untuk menghadapinya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Aref menegaskan bahwa negaranya tidak menginginkan perang. Namun, jika Israel atau sekutunya memulainya, Iran akan menentukan bagaimana dan kapan konflik itu berakhir.
“Kita tidak dalam gencatan senjata, melainkan penghentian sementara aksi militer. Karena itu, kita harus siap berkonfrontasi kapan saja,” kata Aref dalam pertemuan dengan pimpinan universitas besar di Teheran, Senin (18/8/2025).
Aref menambahkan, strategi utama Iran tetap melalui negosiasi, meski meragukan itikad pihak lawan. “Kami tidak mencari perang. Namun jika mereka memulai, akhir peperangan akan menjadi milik kita,” ujarnya.
Pernyataan serupa disampaikan Wakil Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Ali Fadavi. Menurutnya, Israel melakukan salah perhitungan selama perang 12 hari.
“Zionis dan Amerika masuk dengan kekuatan penuh, namun salah mengira akan menang. Setelah beberapa hari, situasi justru berpihak pada Iran,” kata Fadavi, dikutip Mehr News.
Ia menyebut keberhasilan rudal Iran yang melintasi Irak dan menghantam sasaran strategis Israel sebagai bukti kemenangan. “Sejak 1979, musuh global khususnya AS terus memusuhi Iran. Namun sejarah membuktikan, mereka selalu gagal menundukkan kami,” tegasnya.
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah mendeklarasikan kemenangan Iran atas Israel pada Kamis (26/6/2025). Ia juga menyebut Teheran berhasil menghadapi serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
Di sisi lain, Israel dilaporkan khawatir dengan meningkatnya kerja sama militer antara Iran dan China. Harian Yedioth Ahronoth, dilansir The Cradle (15/8/2025), menyebut elite Israel cemas atas kerja sama produksi rudal jarak jauh antara Teheran dan Beijing.
Intelijen Barat, khususnya di Eropa, dikabarkan turut memantau kerja sama tersebut. “Kami tidak tahu niat China, namun telah menyampaikan pesan jelas kepada mereka. Beijing belum mengonfirmasi apakah akan memasok Iran dengan rudal darat-ke-darat,” ujar seorang pejabat Israel.
Duta Besar Israel untuk AS, Yechiel Leiter, juga memperingatkan adanya “tanda-tanda meresahkan” dari dukungan China terhadap Iran. “Ada lalu lintas yang mengganggu kami. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada keterlibatan senjata kimia maupun pembangunan kembali rudal balistik Iran,” kata Leiter dalam wawancara dengan Voice of America, akhir Juli 2025.